PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Author: Ria wahyu sejati.. u can call me TECKO // Category:
  1. PENDAHULUAN


 

  1. Latar Belakang

    Keberadaan air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia baik untuk penggunaan air secara konvensional (air minum, mandi, mencuci dan pengairan (irigasi) ) maupun untuk meningkatkan kualitas hidup manusiayaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. sekarang ini sejalan dengan perkembangan pembangunan diberbagai aspek terutama dibidang industri timbul berbagai masalah baru, hal ini terkait dengan pencemaran lingkungan oleh limbah-limbah buangan dari industri-industri yang semakin meningkat dari waktu kewaktu. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Pencemaran ini terjadi pada perairan, udara dan tanah akibat berbagai aktifitas diatas. Pertumbuhan kota dengan perkembangan industri yang mengikutinya telah mendorong timbulnya kesadaran dan pengertian adanya hubungan timbal balik antara pencemaran, kesehatan umum dan lingkungan. Perkembangan industri selain dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan akibat buangan limbah industri.

    Pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dan peningkatannya relatif tinggi, Pencemaran pencemaran ini dipengaruhi oleh adanya industri-industri yang berkembang disekitar aliran sungai. Pembuangan bahan kimia maupun pencemar lain ke dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Pada air sungai yang telah tercemar ini akan mengalami penurunan terutama dari segi kualitas air tersebut dan tentunya hal ini akan sangat membahayakan baik untuk konsumsi maupun untuk bidang usaha pertanian. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan sektor industri, maka diperlukan suatu usaha untuk mengolahan limbah.

    Pembuangan limbah maupun bahan pencemar lain akan mempengaruhi kehidupan dalam air, suatu bahan pencemar dalam suatu ekosistem mungkin cukup banyak sehingga akan meracuni organism berada disana. Bahan pencemar terutama dari logam-logam yang banyak sekali mencemari air antara lain; merkuri (Hg), timbal (Pb), Arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr) dan nikel (Ni). Logam-logam ini diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.

    Dalam teknologi pengolahan air limbah telah diperkenalkan adanya teknologi bersih pengolahan air limbah. Teknologi tersebut dinamakan teknologi oksidasi lanjutan atau advanced oxidation processes (AOP). Teknologi AOP ini mulai diperkenalkan pada awal tahun 1990-an. Seiring dengan perkembangannya, saat ini AOP sudah dapat diaplikasikan di industri dengan kemampuan yang lebih maju dibandingkan dengan teknologi pengolahan air limbah yang ada.


     

 

  1. PEMBAHASAN


 

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN TEKNOLOGI AOP (advanced oxidation processes)


 

Pengolahan limbah cair umumnya dilakukan dengan menggunakan cara biologi dengan memanfaatkan mikrobiologi untuk menguraikan kandungan senyawa-senyawa kimia, dan cara fisika atau kimia untuk memisahkan kandungan senyawa kimia dari air. Namun, permasalahan yang ada dalam pengolahan limbah cair adalah perubahan teknologi manufaktur yang mengakibatkan terjadinya perubahan komponen kimia organik yang terbuang. Pada akhirnya mengakibatkan perubahan karakteristik limbah industri tekstil secara keseluruhan.

Sekarang, banyak komponen kimia yang dihasilkan selama proses manufaktur menuntut metode pengolahan yang berbeda, terlalu sulit dan mahal untuk diolah dengan metode pengolahan limbah seperti disebutkan di atas. Selain itu, perubahan peraturan dan standar baku mutu pembuangan air limbah industri cenderung semakin ketat. Hal ini berakibat pengolahan air limbah banyak diabaikan kalangan industri, dan kemungkinan untuk proses daur ulang menjadi sangat sulit.

AOP (advanced oxidation processes) adalah satu atau kombinasi dari beberapa proses seperti ozone, hydrogen peroxide, ultraviolet light, titanium oxide, photo catalyst, sonolysis, electron beam, electrical discharges (plasma) serta beberapa proses lainnya untuk menghasilkan hidroksil radikal. Hidroksil radikal adalah spesies aktif yang dikenal memiliki oksidasi potensial tinggi 2.8 V melebihi ozone yang memiliki oksidasi potensial hanya 2.07 V. Hal ini membuat hidroksil radikal sangat mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa lain yang ada di sekitarnya.

Hidroksil radikal sesuai dengan namanya adalah spesies aktif yang memiliki sifat radikal, di mana mudah bereaksi dengan senyawa organik apa saja tanpa terkecuali, terutama senyawa-senyawa organik yang selama ini sulit atau tidak dapat diuraikan dengan metode mikrobiologi atau membran filtrasi. AOP akan sangat tepat untuk diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair dari industi tekstil yang banyak mengandung senyawa-senyawa organik sebagai zat pewarna.

Salah satu dari AOP yang banyak diaplikasikan pada perindustrian tekstil di Jepang adalah kombinasi dari ozon dan ultraviolet. Kombinasi ini banyak dipergunakan mengingat selama ini baik teknologi ozon maupun lampu ultraviolet bukan merupakan hal yang baru dalam proses pengolahan air, terutama dalam proses pengolahan air bersih/minum, sehingga kombinasi dari keduanya menjadi mudah untuk diaplikasikan.

Kombinasi ozon dan ultraviolet sangat potensial untuk mengoksidasi berbagai senyawa organik, minyak, dan bakteri yang mungkin terkandung di dalam limbah cair. Secara individu pada industri tekstil, ozon dapat dipergunakan untuk menghilangkan warna dan bau. Demikian juga halnya dengan ultraviolet yang memiliki kemampuan dalam menghilangkan warna. Namun demikian saat ini banyak dipergunakan senyawa kimia organik yang lebih kompleks, dan sulit untuk diuraikan dengan menggunakan ozon atau ultraviolet secara sendirian. Untuk itulah kombinasi ozon dan ultraviolet dengan hidroksil radikalnya akan sangat efektif dalam menghilangkan warna, dan bau yang terkandung dalam limbah cair.

Saat ini penelitian terkait pengembangan teknologi AOP meningkat sangat pesat. Hal ini terjadi dikarenakan AOP dengan hidroksil radikalnya tidak hanya memiliki kemampuan untuk menguraikan senyawa-senyawa organik, namun sekaligus dapat menghilangkan kandungan senyawa-senyawa turunan yang mungkin terbentuk selama proses oksidasi berlangsung. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hanya karbon dioksida dan air saja sebagai hasil akhir dari proses oksidasi dengan AOP. Proses ini sekaligus menjadikan air hasil dari proses pengolahan air limbah akan dapat dipergunakan kembali sebagai air baku dalam proses manufaktur.

Sedangkan untuk kandungan logam berat yang mungkin terkandung di dalam senyawa organik dapat teroksidasi sehingga dapat dengan mudah dilakukan proses pemisahan dari air yang telah terproses, dan selanjutnya logam berat akan dapat didaur ulang kembali dengan menggunakan proses selanjutnya.
Beberapa hal di atas menjadikan AOP sebagai teknologi bersih dalam proses pengolahan limbah cair pada industri tekstil. Hal ini juga akan berlaku sama dalam pengolahan limbah cair dari kegiatan industri lainnya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian KIM-LIPI disimpulkan, pemanfaatan AOP dalam hal ini kombinasi dari ozon dan ultraviolet memiliki beberapa keunggulan di antaranya areal instalasi pengolahan air limbah yang tidak luas, waktu pengolahan cepat, penggunaan bahan kimia sedikit, penguraian senyawa organik yang efektif, keluaran (output) limbah lumpur (sludge) sedikit, dan air hasil pengolahannya dapat dipergunakan kembali.


 

KESIMPULAN


 

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan antara lain :

  1. Air limbah bukan lagi sebagai permasalahan yang mendalam karena saat ini telah banyak cara untuk mengolah air yang tercemar air limbah.
  2. Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan teknologi teknologi oksidasi lanjutan atau advanced oxidation processes (AOP).
  3. Dengan mengunakan teknologi advanced oxidation processes (AOP) ini tidak hanya bisa menguraikan senyawa – senyawa organik, tetapi juga bisa menguraikan senyawa – senyawa turunan yang mungkin terbentuk saat proses oksidasi berlangsung.
  4. Pengolahan air limbah dengan teknologi AOP memiliki keunggulan yaitu areal instalasi pengolahan air limbah yang tidak luas, waktu pengolahan cepat, penggunaan bahan kimia sedikit, penguraian senyawa organik yang efektif, keluaran limbah lumpur (sludge) sedikit, dan air hasil pengolahannya dapat dipergunakan kembali.


     


     

Anonim a 2008. Pencemaran Air.
www.http//litbang.deptan.go.id/index.

______ b 2008 logam berat dalam pencemaran air. www.kompas.artikel.limbah.co.id

Azwar Rasyidin 2008. Pengolahan limbah dengan teknologi. www.pustaka-deptan.go.id/publikasi

Daryanto. 1995. Masalah Pencemaran.Tarsito. Bandung.


 

JURNAL HORTIKULTURA

Author: Ria wahyu sejati.. u can call me TECKO // Category:

JURNAL HORTIKULTURA


 

  1. Pendahuluan

    Strategi pembangunan pertanian pada periode sebelumnya lebih banyak diarahkan pada usaha meningkatkan produksi pertanian. Upaya peningkatan produktivitas dan produksi pertanian belum menunjukkan keberhasilan pembangunan pertanian seutuhnya, terutama dalam peningkatan kualitas hidup petani. Peningkatan produktivitas belum menjamin terjadinya peningkatan kesejahteraan petani, selama petani hanya mampu menjual hasil panennya dalam bentuk bahan mentah. Pemasaran hasil dalam bentuk bahan mentah, memiliki beberapa kelemahan diantaranya: nilai tambahnya rendah, mudah rusak, daya simpan terbatas, dan konsistensi mutu sulit dijamin. Selain itu, penanganan hasil panen juga masih lemah dengan tingginya tingkat kehilangan hasil panen. Tingkat kehilangan hasilpanen padi selama tahun 1997-2002 rata-rata mencapai 24,61% per tahun.

    Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan agribisnis, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu sub-sistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Sebagai gambaran, nilai PDB yang dihasilkan industri pengolahan berbahan baku komoditas primer perkebunan adalah sebesar Rp. 1.666,6 triliun atau lebih dari empat kali lipat nilai PDB komoditas primer perkebunan yang besarnya Rp. 37,6 triliun. Dibanding dengan produk segar, produk olahan mampu memberikan nilai tambah yang sangat besar. Data BPS menunjukkan bahwa perolehan devisa dari ekspor produk olahan pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 rata-rata sebesar US$ 4.638,2 juta per tahun, sementara ekspor produk segar hanya mencapai US$ 119,2 ribu per tahun.

TEKNOLOGI PASCAPANEN PROSPEKTIF

  1. Padi

    Produksi beras nasional pada tahun 2005 - 2010 diperkirakan akan habis terserap untuk kebutuhan pokok, maka pengembangan agribisnis beras untuk 5 tahun yang akan datang masih dititikberatkan pada perbaikan kualitas gabah (beras) dan pengolahan hasil samping serta limbah yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Pohon industri komoditas padi disajikan pada Lampiran 1. Tuntutan masyarakat terhadap beras berkualitas meningkat sejalan dengan perbaikan pendapatan dan perubahan pola makan. Oleh karena itu, agribisnis untuk menghasilkan beras berkualitas mempunyai harapan untuk dikembangkan. Untuk pengembangan agribisnis padi diperlukan dukungan biaya investasi dan dukungan kebijakan pemerintah.

    1. Prospek pengembangan agroindustri padi

      Padi merupakan sumber pangan, terutama bagi penduduk Asia seperti Cina, India Indonesia, Bangladesh, Vietnam, Thailand, Myanmar, Jepang dan Philipina. Padi sebagai sumber nutrisi dan energy bagi penduduk negara tropis, karena padi menyediakan 56 - 80% kebutuhan kalori penduduk. Bagi negara produsen padi, beras tidak hanya berperan sebagai sumber pangan utama, tetapi juga sebagai kegiatan ekonomi dan sumber kesempatan kerja serta penghasilan bagi penduduk pedesaan.

      Tuntutan terhadap kualitas beras semakin tinggi sejalan dengan membaiknya pendapatan konsumen, terutama kelompok berpenghasilan menengah ke atas. Persentase penduduk yang pengeluaran per kapita per bulan lebih dari Rp.500.000,- yaitu sebesar7,6%3, merupakan kelompok konsumen potensial untuk beras berkualitas. Konsumen kelompok menengah ke bawah kurang memperhatikan mutu beras. Hal ini terlihat dari masyarakat yang mendapat bantuan beras murah (masyarakat miskin) untuk rumah 8 9 tangga di perkotaan sebesar 28,40% dan di pedesaan sebesar 54,80%.

      Pengembangan produk dari hasil samping dan limbah pengolahan beras sangat prospektif dikembangkan. Dari volume produksi padi nasional sebesar 51,85 juta ton pada tahun 2003, akan diperoleh hasil samping berupa beras patah dan menir sebesar 12,30 juta ton (25%) dan limbah sekam sebesar 1,36 juta ton (20%). Tepung beras digunakan sebagai bahan baku bihun, kerupuk dan aneka produk makanan. Penggunaan sekam umumnya untuk bahan bakar bata,campuran pembuatan bata, genteng, grabah dan media tumbuh.

    2. Teknologi pascapanen padi

      Sebagian besar petani di Indonesia tidak melakukan penanganan pascapanen sendiri karena petani menjual langsung dalam bentuk gabah kering panen (GKP). Kondisi ini disebabkan karena belum adanya insentif yang menarik bagi petani untuk meningkatkan kualitas hasil panen, upah pengeringan belum seimbang (memadai) dibandingkan dengan harga gabah kering giling (GKG), petani perlu uang tunai sehingga dijual dalam bentuk gabah kering panen (GKP)dengan mutu lebih rendah dan kondisi kurang kondusif saat panen raya yang dimanfaatkan oleh pedagang pengumpul (tengkulak) gabah dengan membeli murah.

      Mutu beras di pasaran beragam karena terjadinya manipulasi mutu beras seperti pencampuran (pengoplosan) beras, pemalsuan label kemasan tidak sesuai isinya, penyosohan beras mutu rendah, penyemprotan zat aromatik dan pemutih; alat penggilingan sudahberumur di atas 10 tahun sehingga lebih dari batas ambang ekonomi; parameter mutu beras dalam negeri lebih rendah dibanding parameter mutu beras internasional, sehingga banyak beras impor mutu rendah yang masuk. Kualitas beras Indonesia bervariasi, mulai dari Kelas Mutu I, II, III, IV dan V. Hasil penelitian preferensi konsumen di pasar Jawa Barat dan DKI Jakarta tahun 2003 kerjasama IRRI dengan Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian menunjukkan bahwa rata-rata kelas mutu beras di pasaran adalah kelas mutu III. Untuk membangun dan mengembangkan kawasan agribisnis padi yang tangguh dan memberikan jaminan kehidupan petani yang lebih baik, maka dibutuhkan sarana dan prasarana penanganan pascapanen mulai dari panen, perontokan, pengeringan, penggilingandan sarana penunjang.

      Dengan luas panen padi di Indonesia sebesar11.453.000 ha pada tahun 2003 dan kapasitas threser 34 ha/tahun maka dibutuhkan mesin perontok padi (power thresher) sebanyak 336.852 unit (masa usia teknis 5 tahun) dengan biaya investasiRp.2,56,- trilyun. Jumlah penggilingan padi di Indonesia tahun 2004 sebanyak 110.611 unit. Umumnya usia teknis sudah lebih dari 10 tahun dan menyebabkan mutu beras beragam (rendah). Oleh karena itu, untuk menghasilkan beras berkualitas perlu revitalisasi (peremajaan) alat penggilingan padi. Kebutuhan penggilingan untuk110.611 unit (kapasitas produksi 1,2 ton per jam, usia alat 10 tahun) maka diperlukan biaya investasi sebesar Rp. 100,3 trilyun.

      Dengan asumsi jumlah mesin pengering padi sama dengan jumlah alat penggilingan padi sebanyak 110.611 unit, maka diperlukan biayainvestasi untuk pengadaan alat pengering gabah sebesar Rp. 3,37trilyun. Kebutuhan lantai jemur seluruh Indonesia sebanyak 110.611unit (kapasitas 5 ton per 300 m2, usia teknis 5 tahun) dengan biaya investasi sebesar Rp.2.21 trilyun. Total kebutuhan biaya investasi untuk kegiatan pascapanen padi sebesar Rp. 188 trilyun.

      Biaya investasi ini dapat dilakukan dalam 10 tahun yang akan datang, sehingga biaya investasi untuk menghasilkan gabah (beras) berkualitas diperlukan biaya per tahun sebesar Rp. 18,8 trilyun. Bila produksi tepung beras diproyeksikan sebesar 1% dari total potensi beras patah dan menir yang tersedia, maka akan dihasilkan tepung beras sebesar 0,13 juta ton per tahun. Harga tepung berasRp. 4000 per kg, berarti nilai ekonomi produk tepung beras tersebut mencapai Rp. 520 milyar per tahun. Dari total potensi sekam sebesar10,36 juta ton, bila diproyeksikan sebesar 10% dapat dimanfaatkan untuk arang sekam, akan dihasilkan arang sekam sebanyak 0,62 jutaton per tahun (rendemen 60%). Harga arang sekam Rp. 750 per kg,berarti nilai ekonomi produk arang sekam tersebut mencapai Rp. 465milyar per tahun.

  2. Jagung

    Sebagai bahan yang mengandung sekitar 70% pati, 10%protein, dan 5% lemak, jagung mempunyai potensi yang cukup besaruntuk dikembangkan menjadi beragam produk dan berbagai jenisusaha. Teknologi pengolahan untuk biji jagung utuh berpotensi membawa jagung ke dalam berbagai usaha, baik untuk produksi pakan maupun produksi pangan seperti corn-flake, pop-corn, tepung jagung dan sebagainya. Sebaliknya, berbagai teknologi pengolahan lainnya juga berpotensi menjadikan jagung sebagai bahan baku dalam usaha pengolahan produk turunan parsial dari jagung, seperti usaha produksi pati, protein maupun lemak (minyak) jagung dan produk turunan masing-masing.

    Jagung juga berpotensi diusahakan dalam bentuk utuh tanpa diolah. Meskipun usaha ini berpeluang tidak mendapatkan nilai tambah yang besar akibat pengolahan, prospek usaha ekspor biji jagung relative cukup baik. Terbukanya pasar jagung dunia sebesar 77 - 90 juta ton per tahun merupakan peluang bagi Indonesia untuk mengisi segmen pasar tersebut. Dengan potensi jagung nasional, maka pengembangan agribisnis jagung nasional di masa depan dapat diarahkan pada pengembangan ekspor jagung dan pengembangan agroindustri pati jagung.

    1. Prospek pengembangan agroindustri jagung

      Indonesia diperkirakan akan mengalami kelebihan produksi
      jagung sebesar 620.660 ton pada tahun 2009 dan 2,04 juta ton pada
      tahun 2015, maka fokus pengembangan komoditas jagung dalam 5
      tahun ke depan seyogyanya diarahkan berdasarkan arus permintaan
      dan kemampuan (daya saing) yang dimiliki produk. Terbukanya pasar
      jagung dunia sebesar 77-90 juta ton per tahun suatu pasar yang
      sangat menantang. Peluang ini menjadi lebih besar mengingat adanya
      gejala penurunan pasokan jagung oleh Amerika dan Cina akibat
      peningkatan kebutuhan dalam negeri mereka. Produksi jagung di masa
      depan bisa saja sepenuhnya diarahkan pada pemenuhan pasar ekspor.

      Di sisi lain, seluruh kelebihan produksi dapat juga diarahkan sebagai bahan baku pengolahan pati jagung. Perkembangan industri pangan dan non pangan seperti industry sorbitol, kertas, tekstil dan kayu lapis di Indonesia memberikan peluang lain bagi pengembangan komoditas jagung. Selama ini, berbagai industri di atas dikenal sebagai konsumen utama pati. Kebutuhan pati secara nasional berkisar antara 1,5 - 2,0 juta ton per tahun.

      Kebutuhan pati domestik ini umumnya masih dipenuhi oleh pati singkong (tapioka) domestik maupun impor. Produk pati di Indonesia terutama diserap oleh industri krupuk/cracker (25%), pemanis (15%), mi instan dan rerotian (20%), sorbitol (9%), kertas (7%), dan sisanya untuk berbagai industri lain5. Berdasarkan karakteristiknya, pati jagungtidak mampu menggantikan peran tapioka di dalam produksi krupuk. Namun untuk produk yang lain, pati jagung potensial mensubstitusi terigu maupun tapioka dari 20-100%. Jika pati jagung menggantikan 10% saja dari penggunaan yang lain, maka akan terdapat sekitar 0,3-1,0 juta ton pati jagung yang diperlukan per tahun.


 

  1. Teknologi pascapanen jagung
    1. Teknologi pengeringan jagung

      Teknologi pengeringan jagung selama ini masih dikerjakan secara tradisional. Panen jagung dilakukan secara manual (dipetik), kemudian jagung dipipil untuk merontokkan biji jagung dari tongkolnya. Proses pemipilan umumnya sudah dilaksanakan dengan memanfaatkan alat pemipil, baik pemipil mekanis maupun bermotor. Pengeringan biji masih dilakukan dengan mengandalkan teknik penjemuran di bawah sinar matahari dengan beralaskan tikar atau terpal yang digelar di halaman rumah atau jalan desa. Sementara itu, penyimpanan jagung dilakukan dalam kapasitas gudang yang terbatas dengan teknik penyimpanan yang belum memadai dari sisi penjagaan mutu, keamanan maupun masa simpan.

      Dengan teknologi yang ada (existing technology) seperti di atas, maka pengembangan ekspor jagung ke pasar internasional memerlukan dukungan teknologi lebih memadai. Aspek produksi merupakan faktor pertama yang menentukan keberhasilan ekspor. Produksi yang gagal jelas tidak memungkinkan keinginan untuk ekspor jagung. Di sisi lain, dukungan teknologi pascapanen juga sangat menentukan. Perbaikan proses pengeringan merupakan prioritas, yang selanjutnya perlu didukung dengan adanya investasi untuk pembangunan gudang penampungan dan/atau silo untuk penyimpanan sebelum diekspor.

      Pengeringan jagung dengan alat pengering dapat memperbaiki mutu jagung karena waktu pengeringan yang lebih singkat. Penggunaan alat pengering ini sebenarnya telah dikenal oleh sebagianpedagang jagung. Alat pengering yang telah dikenal tersebut adalah jenis pengering Lister Dryer dan Flat Bed Dryer. Pengering tipe flat bed ini banyak digunakan perusahaan jagung untuk orientasi ekspor. Kemampuan menghasilkan biji dengan mutu yang baik belum cukup untuk menarik pembeli. Untuk pemenangan pasar, produksi jagung perlu memperhatikan adanya jaminan mutu. Oleh sebab itu dukungan penerapan sistem mutu dalam rangka ekspor jagung juga diperlukan.

    2. Teknologi pengolahan pati jagung

      Teknologi pengolahan pati jagung pada skala kecil-menengah di Indonesia sejauh ini belum dikenal. PT Suba Indah Tbk yang beroperasi pada kapasitas 1000 ton per hari merupakan industri pati jagung dalam negeri yang paling dikenal saat ini. Berbagai alat, seperti Centrifuge Separator untuk pemisahan pati-protein, Hydrocyclone untuk pencucian pati, Peeler Centrifuge untuk penirisan pati, Vacuum
      Drum Filter, Evaporator, Flash dan Bundle Dryer, Grind Miller, Screen dan lain-lain, sangat diperlukan dalam proses ini. Dengan dukungan seperangkat teknologi ini, maka industri pengolah jagung tidak hanya akan memperoleh pati jagung, tetapi juga beragam produk samping yang bernilai tambah cukup tinggi. Lampiran 2 menyajikan alur proses dan produk yang dapat dihasilkan dalam pengolahan jagung.

      Bila angka 1,0 juta ton per tahun disepakati sebagai pangsa pasar pati jagung dalam negeri, maka keberadaan PT Suba Indah telah mengambil sebagian pangsa tersebut. Dengan kapasitas produksi 1.000 ton biji jagung per hari dan 250 hari kerja per tahun, maka akan diolah 250.000 ton jagung. Jika rendemen pati mencapai 60 - 65%, maka akan diperoleh 150.000-162.500 ton pati yang telah dipasok. Dengan demikian masih terdapat 800.000 ton hingga 850.000 ton lagi per tahun yang menjadi pangsa pasar pati jagung. Dengan potensi seperti ini, maka pengembangan komoditas jagung ke arah usaha produksi pati memiliki prospek yang cukup cerah.

  2. Kebutuhan investasi agroindustri jagung

Dalam perhitungan yang pesimistis, hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan investasi untuk dapat melakukan ekspor jagungsebesar 8% total produksi per tahun pada kurun waktu tahun 2005-2009 diperlukan dana sebesar Rp.69,07 triliun. Komponen investasi yang termasuk dalam perhitungan ini meliputi biaya pembukaan lahan baru, litbang pemerintah, penyuluhan,pengadaan traktor, pompa air, hand sprayer, pemipil, pengering flat bed, gudang, penangkar benih, litbang swasta, sumur bor, dan modal kerja. Sementara itu untuk pengembangan industri pati jagung, surplus produksi tahun 2009 adalah setara dengan 2,5 kali kebutuhan PT. Suba Indah per tahun (250.000 ton). Oleh sebab itu usaha pengembangan industri pati jagung dapat dilakukan dengan mengembangkan 1- 2 unit pengolah baru sejenis PT. Suba Indah, tanpa mengurangi pangsa pasokan bahan baku maupun pasar industri yang sudah ada. Jika langkah ini ditempuh, maka kebutuhan investasi-nya mencapai Rp.80-160 miliar. Studi kelayakan industri PT Suba Indah menyatakan bahwa untuk mengembangkan industri pati jagung pada 5 tahun yang lalu (1999 - 2000) diperlukan dana 40 miliar rupiah.

Dengan asumsi bahwa laju inflasi 10% per tahun, maka per unit pengolahan pati jagung pada tahun 2009 diperlukan 80 miliar rupiah. Dana tersebut meliputi pembelian lahan, alat-alat, pembangunan pabrik dan silo serta modal kerja. Sedangkan dana untuk sosialisasi dan promosi pati jagung dan produk lainnya tidak termasuk dalam cakupan investasi tersebut.

PENGOMPOSAN

Author: Ria wahyu sejati.. u can call me TECKO // Category:
  1. PENDAHULUAN


     

  1. Latar Belakang

    Seiring dengan berjalannya waktu, sampah yang dihasilkan manusia akan terus bertambah dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia tersebut. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, bahkan sampah telah menjadi masalah serius di perkotaan. Kompos dapat dibuat untuk meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah dengan membuatnya menjadi lebih bermanfaat secara ekologis maupun finansial.

    Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.

    Sampah organik dibagi dua yaitu :

    1. Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur)
      Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah) .
    2. Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.   

    Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll.

    Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa diproses tersendiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik berupa plastik dikurangi pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan, didaur ulang, yang masih bersih dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.  

    Sampah yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong, langsung saja diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah terlebih dahulu.

    Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). kompos merupakan bahan organik yang telah membusuk beberapa bagian (partially decomposed) sehingga berwarna gelap, mudah hancur (crumbled), dan memiliki aroma seperti tanah (earthy). Kompos dibuat melalui proses biologi, yaitu seperti penguraian pada jaringan tumbuhan oleh organisme yang ada dalam tanah (soil).


     

    1. Tujuan

      Tujuan pembuatan kompos yang berasal dari sampah ini adalah mengatasi permasalahan sampah pada saat ini yang sangat meresahkan masyarakat, selain itu kompos ini dapat menjadi pupuk alternatif dalam pertanian.


       


       


       


       


 

  1. ISI


     

    Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak (manure) atau bakteri inokulan (bakterial inoculant) berupa Effective Microorganisms (EM4), orgadec, dan stardec. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos.

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah substansi organik. Bahan tersebut dapat berupa dedaunan, potongan-potongan rumput, sampah sisa sayuran, dan bahan lain yang berasal dari makhluk hidup. Kemudian, bahan-bahan tersebut harus memiliki rasio karbon dan nitrogen yang memenuhi syarat agar berlangsung pengomposan secara sempurna

Sampah organik dapat diubah menjadi kompos dengan suksesi berbagai macam organisme. Selama fase awal pengomposan, bakteri meningkat dengan cepat. Berikutnya, bakteri berfilamen (actinomycetes), jamur, dan protozoa mulai bekerja. Setelah sejumlah besar karbon (C) dalam kompos dimanfaatkan (utilized) dan temperatur mulai turun, centipedes, milipedes, kutu, cacing tanah, dan organisme lainnya melanjutkan proses pengomposan.

Organisme yang bertugas dalam menghancurkan material organik membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, dalam proses pengomposan perlu ditambahkan material yang mengandung nitrogen agar berlangsung proses pengomposan secara sempurna. Material tersebut salah satunya dapat diperoleh dari kotoran ternak (manure). Nitrogen akan bersatu dengan mikroba selama proses penghancuran material organik.

Setelah proses pembusukan selesai, nitrogen akan dilepaskan kembali sebagai salah satu komponen yang terkandung dalam kompos. Pada fase berikutnya, jamur (fungi) akan mencerna kembali substansi organik untuk cacing tanah dan actinomycetes agar mulai bekerja. Cacing tanah akan bertugas dalam mencampurkan substansi organik yang telah dicerna kembali oleh jamur dengan sejumlah kecil tanah lempung (clay) dan kalsium yang terkandung dalam tubuh cacing tanah.

Selama proses tersebut, rantai karbon yang telah terpolimerisasi akan tersusun kembali pada pembentukan humus dengan menyerap berbagai kation seperti sodium, amonium, kalsium, dan magnesium. Dalam tahap ini, kompos sudah bisa digunakan sebagai pupuk pada tumbuhan penghasil jagung, labu, ketela, melon, dan kubis.

Pada fase terakhir, organisme mengoksidasi substansi nitrogen menjadi nitrat (nitrates) yang dibutuhkan akar tanaman dan tumbuhan bertunas (sprouting plants) seperti rebung dan tauge. Kompos akan berubah menjadi gelap, wangi, remah, dan mudah hancur. Fase ini disebut juga sebagai fase kematangan (ripeness) karena kompos sudah dapat digunakan.

Temperatur akan naik pada tahap awal pengomposan, namun temperatur tersebut akan berangsur-angsur turun mencapai suhu kamar pada tahap akhir. Keasaman kompos akan meningkat, karena bahan yang dirombak menghasilkan asam-asam organik yang sederhana dan keasaman ini akan kembali normal ketika kompos telah matang.

Pembuatan kompos di tingkat masyarakat dapat dibuat dengan lebih praktis, lebih sederhana, dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Bio Reaktor Mini (BRM) dalam proses pengomposan. Penggunaan BRM sangat cocok diterapkan masyarakat di tingkat RT/RW dalam mengelola sampah. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan mengumpulkan sampah rumah tangga yang jumlahnya sangat banyak. Setelah itu, kompos yang dihasilkan masyarakat tersebut bisa digunakan kembali untuk kepentingan masyarakat atau dijual untuk memperoleh keuntungan ekonomis.

Kompos yang dicampurkan ke dalam tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah, menambah bahan organik dalam tanah, dan memperbaiki kondisi fisik tanah tersebut. Kompos dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam tanah. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam mengeluarkan zat gizi dan material lainnya ke dalam tanah.Pengerasan tanah di permukaan dapat dicegah dengan pemberian kompos. Jika kompos mengandung sejumlah kecil tanah, maka kompos tersebut akan bermanfaat sebagai bagian dari media pertumbuhan untuk tanaman dan akan mengawali tumbuhnya buah dari tanaman tersebut.

Ketika proses pembusukan selesai, kompos akan berwarna coklat kehitaman dan menjadi material bubuk bernama humus. Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat mengikat partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan akar tanaman terhadap air, mempermudah penetrasi akar (root penetration) pada tanah, dan memperbaiki pertukaran udara (aeration) dalam tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Kompos dapat mendukung berjalannya gerakan pertanian organik (organic farming) yang tidak menggunakan bahan kimia dan pestisida dalam pertanian.


 

 

  1. PENUTUP
  1. Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil pada makalah pembuatan kompos dengan sampah rumah tangga ini antara lain :

    1. Bahan sampah yang dapat dibuat kompos adlah yang merupakan substansi organik, seperti: daun – daunan, sisa – sisa sayur, dan yang merupakan bahn yang berasal dari makhluk hidup.
    2. Karbon dan nitrogen adalah unsur yang sangat menentukan keberhasilan pembuatan kompos.
    3. Keberhasilan dalam pembuatan kompos sangat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pada saat proses pengomposan, harus dilakukan pengontrolan terhadap kelembaban, aerasi (tata udara), temperatur, dan derajat keasaman (pH).
    4. Pembuatan kompos di tingkat masyarakat dapat dibuat dengan lebih praktis, lebih sederhana, dan dalam waktu yang sangat singkat yaitu menggunakan Bio Reaktor Mini (BRM).
    5. Kompos yang telah selesai dalm prosenya akan berwarna coklat kehitaman dan menjadi material bubuk bernama humus.


     

  2. Saran

    Pada saat pengomposan ini berjalan haruslah memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan kompos ini, faktor – faktor itu antara lain :

    1. Pengontrolan terhadap kelembaban (50-60%)
    2. Aerasi (tata udara).
    3. Temperatur.
    4. Derajat keasaman (pH).
    5. Pengomposan secara aerob membutuhkan udara, sehingga perlu dilakukan pembalikan (turning) pada kompos agar tercipta pergerakan udara.

    DAFTAR PUSTAKA


     


     

    Anonim,2008. Pembuatan kompos .www//http.kebon kembang.com. diakses tanggal 9 mei 2008, pada jam 22.00 WIB.

    Ismawati, Effi.Musnamar.2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya : Jakarta.

Shiddieq M. Ikhsan,2005.pemanfaatan limbah sampah rumah tangga.pikiran rakyat: jakarta.

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK

Author: Ria wahyu sejati.. u can call me TECKO // Category:
  1. PENDAHULUAN


 


 

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.

Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Manure yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses.

Selain menghasilkan feses dan urine, dari proses pencernaan ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CH4) yang cukup tinggi. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat. Pada peternakan di Amerika Serikat, limbah dalam bentuk feses yang dihasilkan tidak kurang dari 1.7 milyar ton per tahun, atau 100 juta ton feces dihasilkan dari 25 juta ekor sapi yang digemukkan per tahun dan seekor sapi dengan berat 454 kg menghasilkan kurang lebih 30 kg feses dan urine per hari Sedangkan menurut Crutzen (1986), kontribusi emisi metan dari peternakan mencapai 20 – 35 % dari total emisi yang dilepaskan ke atmosfir. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan.

Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3).


 

  1. ISI


 


 

Penanganan limbah ternak akan spesifik pada jenis/spesies, jumlah ternak, tatalaksana pemeliharaan, areal tanah yang tersedia untuk penanganan limbah dan target penggunaan limbah. Penanganan limbah padat dapat diolah menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan atau menumpuknya, kemudian diaduk-aduk atau dibalik-balik. Perlakuan pembalikan ini akan mempercepat proses pematangan serta dapat meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan. Setelah itu dilakukan pengeringan untuk beberapa waktu sampai kira-kira terlihat kering.

Penanganan limbah cair dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisik disebut juga pengolahan primer (primer treatment). Proses ini merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi yang tinggi. Metode ini hanya digunakan untuk memisahkan partikel-partikel padat di dalam limbah. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pengolahan secara fisik antara lain : floatasi, sedimentasi, dan filtrasi.

Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan sekunder (secondary treatment) yang bisanya relatif lebih mahal dibandingkan dengan proses pengolahan secara fisik. Metode ini umumnya digunakan untuk mengendapkan bahan-bahan berbahaya yang terlarut dalam limbah cair menjadi padat. Pengolahan dengan cara ini meliputi proses-proses netralisasi, flokulasi, koagulasi, dan ekstrasi.

Pengolahan secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah cair. Limbah yang hanya mengandung bahan organik saja dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, dapat langsung digunakan atau didahului denghan pengolahan secara fisik.

Beberapa cara penanganan limbah ternak sudah diterapkan di antaranya :

  • Solid Liquid Separator. Pada cara ini penurunan BOD dan SS masing-masing sebesar 15-30% dan 40-60%. Limbah padat setelah separasi masih memiliki kandungan air 70-80%. Normalnya, kompos mempunyai kandungan uap air yang kurang dari 65%, sehingga jerami atau sekam padi dapat ditambahkan. Setelah 40-60 hari, kompos telah terfermentasi dan lebih stabil.
  • Red Mud Plastic Separator (RMP). RMP adalah PVC yang diisi dengan limbah lumpur merah (Red Mud) dari industri aluminium. RMP tahan pada erosi oleh asam, alkalis atau larutan garam. Satu laporan mengklaim bahwa material RMP dengan tebal 1,2 mm dapat digunakan sekitar 20 tahun. Bila limbah hog dipisahkan dengan menggunakan separator liquid, bagian cair akan mengalir ke dalam digester anaerobik pada kantong RMP. Pada suatu seri percobaan di Lembaga Penelitian Ternak Taiwan, didapatkan bahwa ukuran optimum kantong dihitung dengan mengalikan jumlah hogs dengan 0,5 m3. Pada suhu ambien di Taiwan, jika waktu penyimpanan hidrolik selama 12 hari, BOD biasanya turun menjadi 70-85% dan kandungan SS menjadi 80-90%.
  • Aerobic Treatment. Perlakuan limbah hog pada separator liquid-solid dan RMP bag digestor biasanya cukup untuk menemukan standart sanitasi. Jika tidak, aliran (effluent) selanjutnya dilakukan secara aerobik. Perlakuan aerobik meliputi aktivasi sludge, parit oksidasi, dan kolam aerobik. Rata-rata BOD dan SS dari effluent setelah perlakuan adalah sekitar 200-800 ppm. Setelah perlakuan aerobik, BOD dan SS akan turun pada level standar yang memenuhi standart dari kumpulan air limbah oleh aturan pencegahan polusi air. BOD maksimum air limbah dari suatu peternakan besar dengan lebih dari 1000 ekor babi adalah 200 ppm, sedangkan untuk peternakan kecil BOD yang diijinkan 400 ppm.

Limbah Ternak Sebagai Bahan Pakan dan Media Tumbuh. Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara anaerob.

Limbah Ternak Sebagai Penghasil Gasbio. Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar gasbio. Kotoran ternak ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K.

Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Menurut Maramba (1978) produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.

Bahan gasbio dapat diperoleh dari limbah pertanian yang basah, kotoran hewan (manure), kotoran manusia dan campurannya. Kotoran hewan seperti kerbau, sapi, babi dan ayam telah diteliti untuk diproses dalam alat penghasil gasbio dan hasil yang diperoleh memuaskan (Harahap et al., 1980). Perbandingan kisaran komposisi gas dalam gasbio antara kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian dapat dilihat pada Tabel 1.

 
 


 


 


 

Tabel 1. Komposisi gas dalam gasbio (%) antara kotoran sapi dan campuran     kotoran ternak dengan sisa pertanian.

Jenis gas 

Kotoran sapi 

Campuran kotoran ternak dan sisa pertanian 

Metan (CH4)

Karbondioksida (CO2)

Nitrogen (N2)

Karbonmonoksida (CO)

Oksigen (O2)

Propen (C3H8)

Hidrogen sulfida (H2S)

Nilai kalor (kkal/m3)

65.7

27.0

2.3

0.0

0.1

0.7

tidak terukur

6513 

54-70

45-27

0.5-3.0

0.1

6.0

-

sedikit sekali

4800-6700 

Sumber : Harahap (1978).

Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak. Sedangkan pada tahap metanogenik adalah proses pembentukan gas metan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat salah satu contoh bagan perombakan serat kasar (selulosa) hingga terbentuk gasbio.

Sedangkan bakteri-bakteri anaerob yang berperan dalam ketiga fase di atas terdiri dari :

  1. Bakteri pembentuk asam (Acidogenic bacteria) yang merombak senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu berupa asam organik, CO2, H2, H2S.
  2. Bakteri pembentuk asetat (Acetogenic bacteria) yang merubah asam organik, dan senyawa netral yang lebih besar dari metanol menjadi asetat dan hidrogen.

Bakteri penghasil metan (metanogens), yang berperan dalam merubah asam-asam lemak dan alkohol menjadi metan dan karbondioksida. Bakteri pembentuk metan antara lain Methanococcus, Methanobacterium, dan Methanosarcina.

Manfaat Limbah Ternak Lainnya, Di India dengan adanya tinja sapi sebanyak 5 kg perekor dan kerbau 15 kg perekor, oleh pemerintah India disarankan untuk dihasilkannya dung cake (briket) secara massal sebagai sumber energi (Jha, 2002). Dilaporkan dari percobaan Basak and Lee (2001) bahwa tinja sapi yang segar pada perbandingan 1:2 mampu mengendalikan (100%) patogen cendawan akar mentimun (Cucumis sativus L.) dari serangan root rot oleh Fusarium solani f.sp. cucurbitae Synder and Hansen, dan layu oleh Fusarium oxysporum f.sp. cucumerinum Owen. Tinja sapi kemungkinan memiliki mekanisme pertahanan dan memberikan perlindungan pada bagian leher tanaman.

 
 


 

  1.  


 


 

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah:

  1. Ekskreta ternak ruminansia berpeluang mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Namun memperhatikan komposisinya, ekskreta masih dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan pakan, pupuk organik, gas bio, dan briket energi.
  2. Pemanfaatan limbah ternak akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan (air, tanah, udara).

Paper Kimia Dasar


 

IKATAN KIMIA

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK

UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN


 


 


 


 


 


 


 


 

Disusun oleh :

Ria Wahyu Sejati

H 1106021


 

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

20...

Paper Kimia Dasar


 


 

IKATAN KIMIA


 


 


 


 


 


 


 


 

Disusun oleh :

HANNA ASTRANINDITA

H1106011


 


 


 

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2007

BOTANI

Author: Ria wahyu sejati.. u can call me TECKO // Category:

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Botani merupakan salah satu bidang kajian dalam biologi yang mengkhususkan diri dalam mempelajari seluruh aspek biologi tumbuh-tumbuhan Dengan demikian, dalam botani dipelajari semua disiplin ilmu biologi untuk mempelajari pertumbuhan reproduksi metabolisme, perkembangan interaksi dengan komponen biotik dan abiotik, serta evolusi tumbuhan.

Anatomi tumbuhan atau fitotomi merupakan analogi dari anatomi manusia atau hewan. Walaupun secara prinsip kajian yang dilakukan adalah melihat keseluruhan fisik sebagai bagian-bagian yang secara fungsional berbeda, anatomi tumbuhan menggunakan pendekatan metode yang berbeda dari anatomi hewan. Organ tumbuhan terekspos dari luar, sehingga umumnya tidak perlu dilakukan "pembedahan".

Anatomi tumbuhan biasanya dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan hierarki dalam kehidupan:

  1. Organologi. mempelajari struktur dan fungsi organ berdasarkan jaringan-jaringan penyusunnya
  2. Histologi mempelajari struktur dan fungsi berbagai jaringan berdasarkan bentuk dan peran sel penyusunnya; dan
  3. Sitologi mempelajari struktur dan fungsi sel serta organel-organel di dalamnya, proses kehidupan dalam sel, serta hubungan antara satu sel dengan sel yang lainnya. Sitologi dikenal juga sebagai biologi sel.


 

PEMBAHASAN

Anatomi tumbuhan juga sering kali dikaji bersama-sama dengan morfologi tumbuhan.Organologi mengkaji bagaimana struktur dan fungsi suatu organ. Berikut adalah jaringan-jaringan dasar yang menyusun tiga organ pokok tumbuhan.

Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar yang ditumbuhkan dalam hidroponik. Permukaan akar seringkali terlindung oleh lapisan gabus tipis. Bagian ujung akar memiliki jaringan tambahan yaitu tudung akar. Ujung akar juga diselimuti oleh lapisan mirip lendir yang disebut misel (mycel) yang berperan penting dalam pertukaran hara serta interaksi dengan organisme (mikroba) lain.

Akar tersusun dari jaringan-jaringan berikut :

  1. Secara umum, ada dua jenis akar yaitu:

2. batang

Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan mengingat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut :

Susunan batang tidak banyak berbeda dengan akar. Batang tersusun dari jaringan berikut:

Struktur ini tidak banyak berubah, baik di batang utama, cabang, maupun ranting. Permukaan batang berkayu atau tumbuhan berupa pohon seringkali dilindungi oleh lapisan gabus (suber) dan/atau kutikula yang berminyak (hidrofobik). Jaringan kayu pada batang dikotil atau monokotil tertentu dapat mengalami proses lignifikasi yang sangat lanjut sehingga kayu menjadi sangat keras.

3. Daun

Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya berwarna hijau dan terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat, ia harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya menjadi energi kimia.

Daun lengkap terdiri dari pelepah daun, tangkai daun serta helai daun. Helai daun sendiri memiliki urat daun yang tidak lain adalah kelanjutan dari jaringan penyusun batang yang berfungsi menyalurkan hara atau produk fotosintesis. Helai daun sendiri tersusun dari jaringan-jaringan dasar berikut:

Permukaan epidermis seringkali terlapisi oleh kutikula atau rambut halus (pilus) untuk melindungi daun dari serangga pemangsa, spora jamur, ataupun tetesan air hujan.

Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal. Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang. Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang.

Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri (misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik. Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ penyimpan air.

Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).

Fungsi daun antara lain

Di daun terdapat stomata yang befungsi sebagai organ respirasiTempat terjadinya transpirasi. Tempat terjadinya gutasi
Alat perkembangbiakkan vegetatif.

Misalnya pada tanaman cocor bebek (tunas daun)



 

PEMULIAAN TANAMAN

Author: Ria wahyu sejati.. u can call me TECKO // Category:

PENDAHULUAN

ILMU PEMULIAAN TANAMAN/ILMU PENJENISAN/ILMU SELEKSI

-          Ilmu terpakai yang bertujuan untuk mendapatkan jenis–jenis baru yang bersifat unggul yang mempunyai sifat ekonomis yang lebih berharga.

-          Bertugas memelihara jenis–jenis unggul yang telah ada serta mempertahankan sifat–sifat keunggulan yang dimiliki

Tujuan akhir setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan tanaman dengan sifat yang lebih baik (lebih unggul) dalam hal ini adalah sifat – sifat tertentu yang diinginkan.

 
 

TUJUAN , SASARAN, DAN SUMBANGAN PEMULIAAN TERHADAP KEMAJUAN  PERTANIAN

 1.Tujuan :                 a. Produksi

                                    b. Kualitas

                                    c. Ketuhanan

                                    d. Umur

    a. Produksi

            a. Poligenik(dikendalikan banyak gen)

            b. Amat dipengaruhi oleh lingkungan

            c. Adaptasi

            d. Stabilitas

            e. Pengaruh morfologis

            f. Pengaruh  fisiologis

            g. Perlakuan agronomis(lingkungan mikro)

    b. Kualitas

           a. Poligenik/monogenik

           b. Holtikultura beda dengan tanaman pangan

           c. Selera konsuman

           d. Lingkungan khusus

    c. Ketahanan/resistensi

           a. Poligenik/monogenik

           b. Memperkecil kehilangan hasil

           c. Gangguan biotik : H, P

           d. Gangguan abiotik : fisik, kimia

d. Umur tanaman

          a. Persatuan luas

          b. Persatuan waktu

          c. Penghindaran cekaman

    d. Frekuensi panen

          e. Pola tanam

 
 

2. Sasaran Pemuliaan Tanaman

1.       Menghasilkan jenis–jenis baru yang berproduksi lebih tinggi dari jenis–jenis yang sudah ada.

2.       Mendapatkan jenis–jenis unggul tahan hama penyakit serta kekeringan.

3.       Mendapatkan jenis–jenis baru yang kualitasnya tinggi sehingga mampu bersaing di pasaran dunia.

4.       Jenis unggul masak awal

 
 

3  Sumbangan Pemuliaan Tanaman Terhadap Kemajuan Pertanian

1.       Penigkatan produktifitas

2.       Perluasan daerah produksi

3.       Varietas–varietas hibrida

4.       Resistansi terhadap penyakit

5.       Resitensi terhadap hama

6.       Kualitas

 
 

  

PEMMULIAAN TANAMAN

Author: Ria wahyu sejati.. u can call me TECKO // Category:

. PEMULIAAN TANAMAN DAN PERANANNYA

Peran Nyata Jenis-Jenis Unggul

  Jenis unggul ialah jenis –jenis yang superior dibandingkan dengan jenis yang sudah ada.

   Sifat-sifat superior secara umum :

   1. Jenisnya murni              

   2. Resisten thd H, P, & K

   3. Respon thp pupuk

   4. Mempunyai sifat agronomis disukai

   5. Daya adaptasi luas

   6. Kemampuan menghasilkan tinggi

   7. Kualitas baik

   8. Memberikan kepastian hasil

Jenis unggul harus memiliki keunggulan secara genetic dan phisik :

 Keunggulan Genetik :

Produksi tinggi

Daya adaptasi luas

Umur genjah

Resisten hama penyakit

Respon pemupukan

 Nilai nutrisi tinggi

Keunggulan Phisik :

Jenisnya murni

Daya kecambah tinggi

Kadar air optimum

Bentuknya seragam

Bebas hama dan penyakit


 

Peran Ilmu Lain         :        1. Genetika               4. Fisiologi

                                                 2. Taksonomi            5. Hama & Penyakit

                                                 3. Biometri        6. Statistik

 
 


 

 
 

Ruang Lingkup & Bidang Kegiatan Pemuliaan Tanaman          

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

 
 

1. MENIMBULKAN KERAGAMAN GENETIK

 
 

Tujuan setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan varietas (hibrida, klon, dsb) baru dengan sifat-sifat keturunan yang lebih baik daripada apa yang kini sudah diusahakan. Varietas baru ini dipilih dan dikembangkan dari hasil seleksi terhatdap suatu populasi tertentu.

 
 

 
 

 


 

 
 

                                                                     diseleksi

                                                                  
 

 
 

                                                                   varietas baru

 
 

Syarat populasi dasar :

1. Terdapat keragaman yang cukup besar.

2. Ukuran populasi cukup besar memberi keleluasaan untuk memilih sebanyak yang diperlukan.

 
 

Cara menimbulkan keragaman :

1.       Introduksi varietas–varietas baru.

2.       Pemisahan hasil suatu persilangan.

3.       Mutasi buatan :    - Mutagen fisik

        - Mutagen kimia

4.       Poliploidi.

 
 

2. ISOLASI

Seleksi : Memisahkan genotipe–genotipe yang diperoleh dari genotipe-genotipe yang tidak dikehendaki Genotipe-genotipe yang terpilih dapat diteruskan kepada serentetan pengujian-pengujian untuk penilaian atau dapat pula dipergunakan sebagai bahan untuk hibridisasi, yakni tergantung dari pola cara seleksi yang dianut.

 
 

3. PENGUJIAN dan PENILAIAN

Dalam pengujian diperlukan suatu teknik pengawasan lingkungan supaya pengaruh–pengaruh komponen bukan temurun dapat diperhitungkan.

Diperlukan pula pengetahuan tentang statistika dan perancangan percobaan.

 
 

4. MEMBUAT PERKAWINAN – PERKAWINAN

Tujuan : menciptakan populasi baru dengan mana pada sebagian dari individu-individu anggotanya dapat dipadukan ciri-ciri sifat-sifat keturunan yang baik.

 
 

Perpaduan antara sifat – sifat keturunan yang baik

 
 

 
 

Tetua jantan                                                 Tetua betima


 

 
 

Tetua                                 X                           Tetua     

                                                                       
 

Terdapat perpaduan sifat dari kedua tetua

                                                           
 

 
 

 
 

Masalah yang timbul dalam program hibridisasi :

1.       Dapat dilihat dari corak perkembanganbiakan tanaman

 Biji               Menyerbuk sendiri

 
 

                   Menyerbuk silang

Vegetatif

2.       Hadirnya Inkomtatibilitas

3.       Hadirnya Sterilitas

 
 

PERKAWINAN ANTARA GENOTIP

              A a B b          X          A a  B b

     Gamet :       A B, A b                    Gamet : A B, A b

              a B, a b                                   a B, a b

 
 

                 
 

 

A B

 

A b 

a B 

a b 

A B 

A A B B 

A A B b 

A a B B 

A a B b 

A b 

A A B b 

A A b b 

A a B b 

A a b b 

a B 

A a B B 

A a B b 

a a B B 

a a B b 

a b 

A a B b

A a b b 

a a B b 

a a b b 

 
 

5. MEMPERBANYAK DAN MENYEBARLUASKAN

 
 

VARIETAS BARU                          DIANGGAP MANTAB

 Dianjurkan

 
 

 
 

Diperbanyak

 
 

 
 

Disebar luaskan