PENGOMPOSAN
Author: Ria wahyu sejati.. u can call me TECKO // Category:- PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Seiring dengan berjalannya waktu, sampah yang dihasilkan manusia akan terus bertambah dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia tersebut. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, bahkan sampah telah menjadi masalah serius di perkotaan. Kompos dapat dibuat untuk meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah dengan membuatnya menjadi lebih bermanfaat secara ekologis maupun finansial.
Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.
Sampah organik dibagi dua yaitu :
- Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur)
Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah) . - Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll.
Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa diproses tersendiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik berupa plastik dikurangi pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan, didaur ulang, yang masih bersih dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.
Sampah yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong, langsung saja diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah terlebih dahulu.
Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). kompos merupakan bahan organik yang telah membusuk beberapa bagian (partially decomposed) sehingga berwarna gelap, mudah hancur (crumbled), dan memiliki aroma seperti tanah (earthy). Kompos dibuat melalui proses biologi, yaitu seperti penguraian pada jaringan tumbuhan oleh organisme yang ada dalam tanah (soil).
- Tujuan
Tujuan pembuatan kompos yang berasal dari sampah ini adalah mengatasi permasalahan sampah pada saat ini yang sangat meresahkan masyarakat, selain itu kompos ini dapat menjadi pupuk alternatif dalam pertanian.
- ISI
Prinsip pembuatan kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai aktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran ternak (manure) atau bakteri inokulan (bakterial inoculant) berupa Effective Microorganisms (EM4), orgadec, dan stardec. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos.
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos adalah substansi organik. Bahan tersebut dapat berupa dedaunan, potongan-potongan rumput, sampah sisa sayuran, dan bahan lain yang berasal dari makhluk hidup. Kemudian, bahan-bahan tersebut harus memiliki rasio karbon dan nitrogen yang memenuhi syarat agar berlangsung pengomposan secara sempurna
Sampah organik dapat diubah menjadi kompos dengan suksesi berbagai macam organisme. Selama fase awal pengomposan, bakteri meningkat dengan cepat. Berikutnya, bakteri berfilamen (actinomycetes), jamur, dan protozoa mulai bekerja. Setelah sejumlah besar karbon (C) dalam kompos dimanfaatkan (utilized) dan temperatur mulai turun, centipedes, milipedes, kutu, cacing tanah, dan organisme lainnya melanjutkan proses pengomposan.
Organisme yang bertugas dalam menghancurkan material organik membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, dalam proses pengomposan perlu ditambahkan material yang mengandung nitrogen agar berlangsung proses pengomposan secara sempurna. Material tersebut salah satunya dapat diperoleh dari kotoran ternak (manure). Nitrogen akan bersatu dengan mikroba selama proses penghancuran material organik.
Setelah proses pembusukan selesai, nitrogen akan dilepaskan kembali sebagai salah satu komponen yang terkandung dalam kompos. Pada fase berikutnya, jamur (fungi) akan mencerna kembali substansi organik untuk cacing tanah dan actinomycetes agar mulai bekerja. Cacing tanah akan bertugas dalam mencampurkan substansi organik yang telah dicerna kembali oleh jamur dengan sejumlah kecil tanah lempung (clay) dan kalsium yang terkandung dalam tubuh cacing tanah.
Selama proses tersebut, rantai karbon yang telah terpolimerisasi akan tersusun kembali pada pembentukan humus dengan menyerap berbagai kation seperti sodium, amonium, kalsium, dan magnesium. Dalam tahap ini, kompos sudah bisa digunakan sebagai pupuk pada tumbuhan penghasil jagung, labu, ketela, melon, dan kubis.
Pada fase terakhir, organisme mengoksidasi substansi nitrogen menjadi nitrat (nitrates) yang dibutuhkan akar tanaman dan tumbuhan bertunas (sprouting plants) seperti rebung dan tauge. Kompos akan berubah menjadi gelap, wangi, remah, dan mudah hancur. Fase ini disebut juga sebagai fase kematangan (ripeness) karena kompos sudah dapat digunakan.
Temperatur akan naik pada tahap awal pengomposan, namun temperatur tersebut akan berangsur-angsur turun mencapai suhu kamar pada tahap akhir. Keasaman kompos akan meningkat, karena bahan yang dirombak menghasilkan asam-asam organik yang sederhana dan keasaman ini akan kembali normal ketika kompos telah matang.
Pembuatan kompos di tingkat masyarakat dapat dibuat dengan lebih praktis, lebih sederhana, dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Bio Reaktor Mini (BRM) dalam proses pengomposan. Penggunaan BRM sangat cocok diterapkan masyarakat di tingkat RT/RW dalam mengelola sampah. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan mengumpulkan sampah rumah tangga yang jumlahnya sangat banyak. Setelah itu, kompos yang dihasilkan masyarakat tersebut bisa digunakan kembali untuk kepentingan masyarakat atau dijual untuk memperoleh keuntungan ekonomis.
Kompos yang dicampurkan ke dalam tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah, menambah bahan organik dalam tanah, dan memperbaiki kondisi fisik tanah tersebut. Kompos dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang terdapat dalam tanah. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam mengeluarkan zat gizi dan material lainnya ke dalam tanah.Pengerasan tanah di permukaan dapat dicegah dengan pemberian kompos. Jika kompos mengandung sejumlah kecil tanah, maka kompos tersebut akan bermanfaat sebagai bagian dari media pertumbuhan untuk tanaman dan akan mengawali tumbuhnya buah dari tanaman tersebut.
Ketika proses pembusukan selesai, kompos akan berwarna coklat kehitaman dan menjadi material bubuk bernama humus. Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat mengikat partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan akar tanaman terhadap air, mempermudah penetrasi akar (root penetration) pada tanah, dan memperbaiki pertukaran udara (aeration) dalam tanah, sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Kompos dapat mendukung berjalannya gerakan pertanian organik (organic farming) yang tidak menggunakan bahan kimia dan pestisida dalam pertanian.
- PENUTUP
- Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada makalah pembuatan kompos dengan sampah rumah tangga ini antara lain :
- Bahan sampah yang dapat dibuat kompos adlah yang merupakan substansi organik, seperti: daun – daunan, sisa – sisa sayur, dan yang merupakan bahn yang berasal dari makhluk hidup.
- Karbon dan nitrogen adalah unsur yang sangat menentukan keberhasilan pembuatan kompos.
- Keberhasilan dalam pembuatan kompos sangat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pada saat proses pengomposan, harus dilakukan pengontrolan terhadap kelembaban, aerasi (tata udara), temperatur, dan derajat keasaman (pH).
- Pembuatan kompos di tingkat masyarakat dapat dibuat dengan lebih praktis, lebih sederhana, dan dalam waktu yang sangat singkat yaitu menggunakan Bio Reaktor Mini (BRM).
- Kompos yang telah selesai dalm prosenya akan berwarna coklat kehitaman dan menjadi material bubuk bernama humus.
- Saran
Pada saat pengomposan ini berjalan haruslah memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan kompos ini, faktor – faktor itu antara lain :
- Pengontrolan terhadap kelembaban (50-60%)
- Aerasi (tata udara).
- Temperatur.
- Derajat keasaman (pH).
- Pengomposan secara aerob membutuhkan udara, sehingga perlu dilakukan pembalikan (turning) pada kompos agar tercipta pergerakan udara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2008. Pembuatan kompos .www//http.kebon kembang.com. diakses tanggal 9 mei 2008, pada jam 22.00 WIB.
Ismawati, Effi.Musnamar.2005. Pupuk Organik. Penebar Swadaya : Jakarta.
Shiddieq M. Ikhsan,2005.pemanfaatan limbah sampah rumah tangga.pikiran rakyat: jakarta.
0 Responses to "PENGOMPOSAN"
Posting Komentar